Buletin At-Tauhid edisi 11 Tahun XI
Para pembaca yang budiman. Bagi anda yang sudah memiliki belahan jiwa, insyaa Allah lebih bisa memahami perkataan “Jodoh itu ada di tangan Allah”. Berpangku tangankah anda? Tidak ada usahakah anda untuk mendapatkannya? Jawabannya tentu ada upaya dan usaha atau ikhtiyar untuk mendapatkannya. Begitu pula dengan hidayah, jika seseorang hanya menunggu dan menanti, tanpa ada upaya dan usaha untuk meraihnya, ia tidak akan mendapatkan hidayah tersebut.
Macam-Macam Hidayah
Para pembaca yang semoga dirahmati oleh Allah Ta’ala, menyebut kata hidayah, tidak lepas dari 2 macam bentuk hidayah yang harus kita pahami terlebih dahulu, sebelum kita melangkah jauh ke pembahasan berikutnya.
- Hidayah Taufiq
Hidayah ini mutlak hanya milik Allah Ta’ala. Seseorang tidak mempunyai kemampuan sama sekali untuk memberikan jenis hidayah ini kepada orang lain. Hidayah ini berupa kemauan dan keistiqamahan seseorang dalam mengamalkan ilmu agama, hanya karena Allah lah seorang bisa mendapatkan hidayah ini. Sebagaimana firman Allah Ta’ala (yang artinya), “Sesungguhnya kamu tidak bisa memberikan hidayah kepada orang yang kamu cintai.” (QS. al-Qoshosh: 56)
Lawan dari hidayah taufiq adalah penyimpangan dalam beramal, yaitu tanpa mengamalkan ilmu.
- Hidayah Irsyad wal Bayan
Hidayah ini berupa arahan, bimbingan dan petunjuk untuk menuju jalan yang lurus. Yaitu berupa ilmu agama. Hidayah jenis kedua ini mampu disampaikan oleh setiap orang yang memiliki ilmu tersebut. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya kamu benar-benar memberikan hidayah menuju jalan yang lurus.” (QS. asy-Syura: 52)
Lawan dari hidayah irsyad wal bayan adalah kesesatan jalan.
Hidayah Itu Manis, Kesesatan itu Pahit
Dimana ada gula, di situ ada semut. Dimana ada majelis ilmu, di situ lah ada hidayah. Tidak diragukan lagi, majelis ilmu adalah sarangnya hidayah. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengibaratkannya seperti taman-taman surga.
Dari Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya),”Jika kamu melewati taman-taman surga, maka singgahlah dengan senang.” Para shahabat bertanya,”Apakah taman-taman surga itu?” Beliau menjawab,”Halaqah-halaqah (kelompok-kelompok) dzikir.” [HR. At-Tirmidzi, Hasan]
Sebalikanya kesesatan, ibarat sebuah jalan yang kelam tanpa cahaya dan penuh kegelapan. Allah gambarkan orang yang tidak mendapat petunjuk adalah orang yang berada di dalam kegelapan dan berada dalam kesesatan.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan kitab yang menerangkan, dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya menuju jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus. (QS. Al-Maidah :15-16)
Meneladani Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Salah Satu Sebab Datangnya Hidayah
Allah Ta’ala menamakan wahyu yang diturunkan-Nya kepada Rasulullah Shallallahu’alaihi wa Sallam sebagai al-huda (petunjuk) dan dinul haq (agama yang benar) dalam firman-Nya (yang artinya):
“Dialah (Allah Ta’ala) yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk (al-huda) dan agama yang benar (dinul haq) agar dimenangkan-Nya terhadap semua agama, meskipun orang-orang musyrik membencinya” (QS. Ash-Shaf: 9).
Para ulama Ahli Tafsir menafsirkan al-huda (petunjuk) dalam ayat ini dengan ilmu yang bermanfaat, dan dinul haq (agama yang benar) dengan amal shalih. Hal ini menunjukkan bahwa tugas Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah membimbing umatnya agar selalu berada di jalan yang benar lagi lurus.
Berbuat Dosa dan Maksiat, Sebab Terhalangnya Hidayah
Mohon direnungkan bahwa sebab terbesar seseorang tidak mendapat hidayah Allah adalah karena dosa dan maksiatnya. Ketika ia telah berpaling dari Allah, maka Allah akan palingkan hatinya. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Tatkala mereka berpaling, maka Allah palingkan hati-hati mereka. Sesungguhnya Allah tidak akan memberikan hidayah pada orang-orang yang berbuat kefasikan.” (QS. Ash Shaf: 5)
Tidaklah Allah menyesatkan seseorang tanpa alasan. Jangan salahkan Allah ketika diri ini jauh dari Allah, namun salahkan lah diri sendiri karena banyak berbuat dosa dan maksiat. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Tidaklah Allah menyesatkan seseorang kecuali orang-orang yang berbuat kefasikan.” (QS. AL-Baqarah: 26)
Perintah Untuk Meminta Hidayah
Dalam hadits Qudsi yang shahih, Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Wahai hamba-hamba-Ku, kalian semua tersesat kecuali orang yang Aku beri petunjuk, maka mintalah petunjuk kepada-Ku niscaya Aku akan berikan petunjuk kepada kalian” (HR. Muslim)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan kita doa meminta hidayah. Bunyi doa tersebut adalah, “Allahumma inni as-alukal huda, wat tuqa, wal ‘afaf, wal ghina”, yang artinya “Ya Allah, aku memohon kepada-Mu petunjuk, ketakwaan, penjagaan diri (dari segala keburukan) dan kekayaan hati (selalu merasa cukup dengan pemberian-Mu)” [HR. Muslim]
Doa Meminta Hidayah?
Selain doa yang telah disebutkan di atas, sadar atau tidak sadar, kita sangat sering bermunajat minta doa agar diberikan hidayah. Doa tersebut ada di dalam saat kita membaca surah al-fatihah. Pada ayat ke-6 kita membaca “Ihdinash Shiratal Mustaqim”, yang artinya “Tunjukilah (berilah hidayah) kami jalan yang lurus”.
Jika seseorang menyelami maknanya, akan ia dapati faidah yang sangat besar. Doa yang diminta adalah doa kelurusan dalam beragama, doa nya juga dibaca minimal 17 kali dalam sehari. Tentulah Allah punya hikmah kenapa surat al fatihah adalah surat yang wajib dibaca dalam shalat. Di sini lah salah satu alasan bahwa surat al fatihah termasuk kategori surat yang paling mulia dalam al quran.
Sambutlah Hidayah dengan Kesungguhan
Para pembaca sekalian yang mudah-mudahan Allah Ta’ala muliakan. Sebagaimana telah kita ketahui bersama, bahwa setiap hal yang berharga itu pasti sulit untuk diperoleh dan diperebutkan. Memerlukan upaya dan pengorbanan yang besar pula. Satu diantara perkara yang berharga adalah ilmu agama dan sekaligus upaya untuk mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya) : “Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh di jalan Kami, akan Kami berikan hidayah kepada mereka menuju jalan Kami” (QS. Al Ankabut : 69). Dan juga firman Allah (yang artinya) “Dan Allah akan menambahkan hidayah-Nya kepada orang-orang yang mengamalkan petunjuk-Nya” (QS. Maryam : 76).
Kisah Nyata, Hidayah Melalui Stasiun TV
Suatu hari, aku iseng men-scan otomatis receiver antena parabolaku. Ada beberapa stasiun TV baru berhasil ditambahkan. Di antaranya adalah sebuah stasiun TV bernuansa Islami. Sebuah stasiun TV swasta non profit yang dipancarkan dari komplek sebuah masjid di sekitar Bogor.
Aku langsung suka dengan stasiun TV ini, karena dakwah dan kajian Islamnya bagus banget. Bila ada kesempatan, aku akan menonton acaranya. Banyak ilmu baru kuperoleh.
Suatu hari, suami adik sepupuku, Zimi Azmi, kepalanya nongol di pintu. Ia pun ikut tetarik dengan materi yang disampaikan stasiun TV yang sedang kutonton. Ia lalu pulang dan men-scan otomatis juga receiver parabolanya. Dan berhasil baik.
Beberapa hari kemudian, aku melihat sebuah pemandangan langka : Zimi Azmi berjalan di halaman rumahku menuju masjid ! Padahal biasanya, ia cuma lewat, lalu pergi ke warung wak Mengon, untuk main kartu dan minum-minum bersama para pareman kampung. Bertahun-tahun Zimi Azmi punya kebiasaan sholat setahun dua kali. Ya itu, waktu Idul Fitri dan Idul Adha.
Sepulang dari masjid, kami berdua berbincang tentang acara di stasiun TV ini. Rupanya Azmi terpengaruh oleh tausiyah (nasihat) yang disampaikan oleh para ustadz stasiun TV tersebut. Para ustadz ini memang lain daripada ustadz-ustadz TV swasta lainnya, yang lebih mirip artis ketimbang muballigh. Rata-rata ustadz stasiun TV islami ini adalah penghafal Qur’an, dan lulusan universitas negeri Arab.
Dan, sama sekali tidak ada musik di stasiun TV ini. Juga tidak ada perempuan.
Hari-hari berlalu, Azmi makin sering lewat depan rumahku menuju masjid.
Kini ia sepertinya benar-benar bertobat. Kulihat dzikirnya pun makin panjang dan syahdu. Aku jadi trenyuh. Adik sepupuku, istrinya, kini juga sudah berjilbab.
Tinggal aku kini yang sedikit iri. Seorang preman mbelis bisa jadi lebih taat dibandingkan aku sendiri. [Sumber: Diceritakan Oleh ‘Bang Pilot’ http://edukasi.kompasiana.com/
Penutup
Semoga Allah senantiasa menunjuki kita semua di jalan Nya yang lurus, serta keistiqamahan dalam beragama. Menjaga kita semua dalam nikmatnya berada di dalam manisnya hidayah. Wallahul Muwaffiq.
Wiwit Hardi P. (Alumni Ma’had Al ‘Ilmi Yogyakarta)
Murojaah : Ust. Abu Salman, BIS
Pertanyaan :
Sebutkan do’a yang diajarkan Rasulullah untuk meminta hidayah beserta artinya?
Jawab :
“Allahumma inni as-alukal huda, wat tuqa, wal ‘afaf, wal ghina”, yang artinya “Ya Allah, aku memohon kepada-Mu petunjuk, ketakwaan, penjagaan diri (dari segala keburukan) dan kekayaan hati (selalu merasa cukup dengan pemberian-Mu)